oleh

Terima Para 17 Pelingsir Puri Terbesar di Bali, Ketua MPR RI Bamsoet Apresiasi Peran Puri dan Pelingsir Lestarikan Adat Istiadat Bali

BALI – Ketua MPR RI sekaligus Wakil Ketua Umum Partai Golkar Bambang Soesatyo mengapresiasi peran Puri dan Pelingsir di Bali dalam menjaga, merawat, dan melestarikan adat istiadat, kebudayaan, serta kesenian Bali. Mengingat dalam mempertahankan benteng kedaulatan budaya, bukanlah persoalan mudah. Di tengah hiruk pikuk modernisasi dan derasnya arus globalisasi, upaya untuk merawat kebudayaan akan dihadapkan pada berbagai tantangan yang semakin kompleks. Bahkan, jika lalai dan abai, bisa saja warisan budaya bangsa justru dibanggakan dan diklaim oleh negara lain.

IMG-20220914-WA0045

“Terlebih Pulau Bali sebagai ikon pariwisata nasional yang mendunia, yang menjadikan masyarakat Bali harus sering berinteraksi dengan beragam budaya global. Keberadaan Puri dan Pelingsir tidak hanya telah memastikan bahwa adat istiadat, kebudayaan, serta kesenian Bali tetap terpelihara dengan baik. Bahkan juga membuatnya mendunia,” ujar Bamsoet usai menerima perwakilan Puri dan Pelingsir se-Bali, di Bali, Rabu (14/9/22).

 

Hadir antara lain Ida Dalem Semara Putra (Puri Agung Klungkung), Anak Agung Bagus Parta (Puri Agung Karangasem), A A Hari Suteja (Puri Agung Jembrana), A A Kakarsana (Puri Ageng Blahbatuh), A A Muninjaya (Puri Agung Bangli), Cokorda Putra Sukawati (Puri Agung Ubud) dan Cokorda Nindya (Puri Agung Peliatan).

 

Hadir pula A A Ngr Joko Pradidnya (Puri Agung Jro Kuta), A A Ngr Ugrasena (Puri Agung Singaraja), A A Ngr Panji Astika (Puri Anom Tabanan), A A Ngr Erawan (Puri Anyar Krambitan), Cokorda Dibya (Puri Pemayun Petak Gianyar), A A Ngr Artawan (Puri Anyar Tabanan), serta Bupati Klungkung I Nyoman Suwirta.

 

Ketua DPR RI ke-20 sekaligus mantan Ketua Komisi III DPR RI bidang Hukum, HAM, dan Keamanan ini menjelaskan, seni dan budaya memiliki aspek multidimensional. Seni dan budaya tidak pernah berdiri sendiri, melainkan akan selalu terhubung pada kondisi lingkungan, referensi sosial, serta berbagai paradigma yang merepresentasikan perkembangan zaman.

 

“Seni dan budaya memiliki bahasa universal yang bisa dinikmati setiap kalangan. Sekaligus melepaskan manusia dari sekat-sekat perbedaan suku bangsa, agama, maupun golongan. Melalui seni dan budaya, manusia bisa menyelami kedamaian. Menikmatinya, bisa melepaskan diri dari stress maupun tekanan lain akibat rutinitas keseharian. Seni dan budaya adalah kekuatan sejati umat manusia. Karenanya harus kita lestarikan,” jelas Bamsoet.

 

Wakil Ketua Umum Partai Golkar dan Kepala Badan Hubungan Penegakan Hukum, Pertahanan dan Keamanan KADIN Indonesia ini menerangkan, untuk memastikan seni dan budaya bangsa tetap terpelihara, perlu dibangun literasi kebudayaan. Dimana budaya bangsa menjadi legasi kesejarahan yang diwariskan, khususnya kepada generasi muda. Sehingga, generasi muda bangsa tidak menjadi generasi yang tercerabut dari akar budayanya sendiri, karena minimnya literasi budaya.

 

“Sangat paradoks, misalnya, ketika banyak orang asing antusias belajar memainkan gamelan, generasi muda kita justru menganggap gamelan sebagai sesuatu yang kuno dan ketinggalan zaman. Jika fenomena ini tidak kita sikapi dengan hati-hati, bisa jadi pada beberapa generasi mendatang, kita yang harus belajar memainkan gamelan dari orang asing. Dalam konteks inilah, keberadaan lembaga adat seperti halnya puri-puri di Bali, memiliki kontribusi penting sebagai pusat pengembangan kebudayaan daerah, sekaligus sebagai benteng ketahanan dan kedaulatan budaya nasional,” pungkas Bamsoet. (*)

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *